Minggu, 30 Desember 2012
Kamis, 27 Desember 2012
261212 dinas malam perdana
Seperti janjiku tanggal 24 Desember yang lalu pada Mas Wayan, Mas Andre dan Kak Siwi, malam ini aku datang untuk ikutan jaga malam. Aku lagi libur sebenarnya, tapi agak malas juga mau balik ke Bekasi. Banyak alasanku kenapa tak ingin pulang, tapi ya sudahlah, lupakan soal kenapa aku tak ingin pulang padahal aku libur panjang dari tanggal 23 Desember sampai tanggal 3 Januari nanti.
Kedatanganku ke IGD malam itu membuat dokter jaga dan beberapa kakak perawat terkejut. kalau Mas Andre dan Mas Wayan dan Kak Siwi tentu sudah tidak terkejut, karena memang aku janjian dengan mereka bertiga.Tapi sepertinya kakak-kakak IGD sudah hafal, aku ini senang sekali di IGD, kayaknya gak ada satu haripun aku melewatkan sekedar main atau bantu-bantu sejenak di IGD walaupun bukan jadwalnya aku jaga.
dr Ken yang bertugas jaga malam ketawa tidak percaya kalau aku bakalan ikutan jaga malam. sampai ditanya berkali-kali apa betul aku mau jaga malam. Aku jadi bingung sendiri. he he he.
Susunan personil igd malam itu : dr Ken, Mas Dibyo, Mas Wawan, Mas Andre, Mas Wayan, Kak Siwi dan aku. Rame juga ya..tapi makin rame kan makin seru.
Pasien yang datang tadi malam lumayan juga jumlahnya. Kantukku hilang karena pasien masih saja berdatangan. Aku bantu-bantu apa yang aku bisa.
Belakangan ada pasien dengan riwayat kejang datang. Saking seriusnya aku menganamnesis orang yang mengantarkannya, aku sampai tak terlalu memperhatikan siapa yang aku ajak bicara. Tiba-tiba saja baru aku ingat, rasanya koq aku pernah lihat mas yang lagi aku ajak bicara ini. Spontan saja aku bilang "Eh, mas.. kayaknya pernah ketemu, di mana ya mas?"
Si Mas malah memandangku dengan tatapan datar sambil bilang, "Nggak, belum pernah ketemu. Mbaknya salah orang kali."
Asli, malu banget. aku sampai mikir dalam hati, gila kepedean banget sih gue ini. Tapi belakangan aku pikir, aku rasanya pernah lihat mas ini. Tapi karena tadi sudah terlanjur malu, aku nggak berani nanya lagi. Bahkan anamnesis lanjutan saja aku nggak berani sambil natap matanya. Masih malu.
Tapi koq ya hatiku bilang ini orang karyawan rumah sakit, jadi aku pertaruhkan sekali lagi rasa maluku. aku bilang ke mas itu, "Mas, mas kerja di sini kan ya?" dan si mas memberikan jawaban yang membuatku langsung merasa wajahku memerah karena malu, "Nggak koq, saya biasanya jualan sayur di pasar.." habis itu aku jawab, "Tapi koq mirip banget ya sama karyawan di sini.." tapi kalimat itu aku ucapkan sudah dengan perasaan malu banget. Buru-buru aku tinggalkan si mas dan melapor pada dokter jaga.
Saat sedang menulis status pasien baru, bahuku di tepuk, sama si mas yang tadi ngakunya jualan sayur di pasar itu, si mas bilang "Mbak, masa nggak ingat saya sih? saya kan tugas di Seroja.." Nah kan!!! haseemmm...langsung aku tinju lengan si mas. Apa aku bilang tadi, aku kenal koq mas ini, cuma agak-agak lupa, maklum, kan jarang berkunjung ke ruang Seroja lagi. Si mas masih tertawa-tawa dengan sikapku, "Ihh...mas jahat banget.." kataku. "Kamu percaya beneran toh?" Aku jawab, "Ya iyalah mas, makanya tadi aku malu banget. Dasar mas tukang sayur." kataku sembari sekali lagi meninju lengannya. Aku ketawa sendiri setelahnya kalau ingat kejadian itu. Antara merasa malu, bodoh dan polos banget.
Semua di IGD sedang sibuk, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Pasien kejangku muntah, jadi aku dan dr Ken buru-buru memindahkannya ke ruang resusitasi dan dr Ken melakukan suction. sedang di-suction, si pasien menggigit selang suction, terpaksa aku dan dr Ken kerja keras untuk melepaskan selang suction itu dari gigitan si bapak, dan sebuah hadiah tengah malam buatku: waktu selangnya berhasil dicabut, wajahku terpercik muntahannya. duhhh...
dr Ken langsung tertawa sambil mengutarakan maaf. Aku diperkenankan meninggalkannya buat cuci muka dulu.
Waktu berangkat dinas kan aku pakai bedak, jadi kalau aku hanya bersihkan yang ada percikan muntahnya, bisa-bisa wajahku malah belepotan, terpaksa aku sekalian cuci muka. Menghapus semua polesan make up tipis di wajahku. setelah wajahku bersih baru aku kembali bertugas.
Sebagai satu-satunya tenaga medis perempuan malam tadi, aku kebagian "mengurus" pasien yang perempuan apabila butuh EKG atau mamasukkan obat suppositori. Aku juga sempat memasang kateter untuk seorang pasien perempuan dengan penurunan kesadaran. Ya pokoknya malam itu, apa yang bisa aku kerjakan, aku kerjakanlah.
Belakangan mas wayan pergi merujuk pasien ke RSU Abdul Muluk, jadi susunan personil berkurang satu.
Jam setengah satu Ka Siwi sudah mengajak tidur, tapi aku belum ingin tidur, takutnya kebablasan. aku kalau sudah capek kan kalau tidur suka nggak bisa dibangunin, jadi mendingan aku tetap di depan lah, lagian Mas Wawan, Mas Dibyo dan Mas Andre juga masih duduk-duduk ngobrol.
Jam dua dini hari akhirnya Mas Wawan dan Mas Dibyo ke belakang duluan, sementara aku di depan dengan Mas Andre dan Mas Wayan yang sudah kembali dari merujuk pasien. Mas Andre bobo manis jadi aku ngobrol-ngobrol dengan mas wayan. serunya, mas wayan pernah pendidikan di RS Imanuel juga, jadi kita cerita-cerita deh tentang Imanuel.
Belakangan Mas Wayan sudah mengajakku "razia". Razia di IGD ini ya artinya razia makanan di dapur. he he. Aku dan Mas Wayan ke dapur dan makan apa saja yang bisa di makan. Kebetulan kan aku biasanya simpan persediaan makanan di kulkas IGD. Aku makan rainbow cake sementara Mas Wayan makan mie goreng. Selesai kami me-"razia" dapur baru kami balik lagi ke meja depan.
Jam empat subuh datang dua pasien lagi, aku bantu-bantu dulu bareng Mas Wayan dan Mas Wawan. Mas Andre sudah gantian istirahat di belakang, sementara Mas Dibyo memang sudah pindah ke depan sih, tapi tetap aja melanjutkan bobo manisnya, jadi aku sama Mas Wayan yang kerja.
Dokter Ken sudah kasih izin aku buat istirahat, aku bilang aku takut tidurnya keterusan, kata dokter Ken nggak apa-apa, jadi akhirnya jam 4.30 aku pergi bobo manis di kamar jaga bareng Mas Andre dan Mas Wayan.
Benar saja, aku tidur dengan pulasnya. Aku nggak tahu kalau Mas Andre dan Mas Wayan sudah bangun duluan. Aku baru bangun waktu Mas Agus yang dinas pagi masuk ke ruangan dan nggak sengaja mengagetkanku waktu menyalakan lampu. Sempat terjadi kehebohan sejenak mengetahui aku tidur di sana, mereka pikir aku sakit, karena dulu kan sempat waktu aku sakit aku juga bobo manis di kamar jaga perawat..ha ha..padahal kali ini aku ikutan dinas malam :)
Dengan wajah yang masih ngantuk, aku jalan ke ruang depan yang langsung disambut dengan ketawanya Mas Dibyo, Mas Andre dan Mas Wawan. Langsung aku protes, "Ihh Mas Andre jahat banget, udah bangun duluan nggak bangunin aku.." Mas Andre tertawa, "Katanya Mas Dibyo jangan dibangunin dulu.." Haissshhh Mas Dibyo nih yaaa...masih disambung ketawa jahatnya Mas Dibyo, "Udah bangun? ha ha ha katanya mau tidur sampai siang.." ihhh Mas Dibyo jahaattt +.+ kan aku malu sama yang dinas pagi. Mas Andre masih menambahi, "Katanya mau bangun jam sembilan? Tadinya mau aku biarin aja tidur terus, nanti jam sembilan aku sms dari rumah bangunin kamu.." hasyeeemmm....
Nyawaku masih setengah di ruang depan karena memang masih ngantuk banget. Selesai kakak2ku aplusan, Aku bereskan tas dan kita pulang sama-sama.
Senang banget jaga malam perdana ini. biasanya kan hanya merasakan jaga pagi atau jaga sore, kali ini bisa ikutan jaga malam terasa begitu berbeda. aku masih ingin ikutan jaga malam lagi... yukkk jaga lagi. Oh iya, makasih ya dr Ken, mas Dibyo, Mas Wawan, Mas Andre, Mas Wayan dan Kak Siwi :D
Selasa, 25 Desember 2012
opname hari 1 -RSMW-
02 desember 2012
setelah dua hari sendirian di kost, minggu pagi ini akhirnya aku diantar ke IGD tempat aku bertugas sebagai koasisten anak. jujur, sebenarnya malu banget mau ke IGD. pasti deh diketawain, pasti deh diledekin. tapi mau nggak mau harus ke IGD. semalam tadi sudah nggak bisa makan dan minum lagi karena muntah-muntah terus. sudah nggak diisi makanan pun, aku masih muntah-muntah. benar-benar lemas rasanya. kalau yang lain berpikir ke arah Hepatitis akut, aku tidak. Dibandingkan dengan Hepatitis, aku jauh lebih takut kalau penyakitku kambuh. Dengan latar belakang sudah memberhentikan terapi tiga bulan lebih dan sekarangpun tidak bisa masuk antibiotik oral, aku khawatir kalau ini ada hubungannya dengan sakitku (yang seharusnya diprofilaksis itu)
benar saja, sampai di IGD sudah disambut ketawanya mas Yoga, mas andre. duh...malu banget. mau rasanya pulang. atau, kalau ada pilihan lain, pasti aku pilih ke rumah sakit lain aja. serius, malu banget. masa biasanya jadi koass sekarang jadi pasien. walaupun ini bukan pertama kalinya aku harus masuk IGD sebagai pasien (dulu saat stase di RS Rajawali, Bandung pernah opname juga). Di sini, malunya itu lebih-lebih deh. Sedih tau, biasanya bisa kerja di sini koq malah sekarang jadi pasiennya.
pagi itu dr pina masih bertugas di IGD. aku disuruh cek lab dulu. lumayan juga rasanya ya kalau ditusuk jarum di saat badan lagi lemas banget. kayaknya seratus kali lebih sakit dari biasanya, padahal kan biasanya memang aku sering suntik iv, tapi koq ini berasa jauh lebih sakit.
waktu ke IGD aku tidak berpikir sama sekali kalau harus opname. aku hanya berpikir dapat suntikan ondancentron, pantoprazole, lalu pulang dengan obat minum saja. ternyata aku disarankan untuk opname saja. aku mencoba menawar, maksudku, observasi saja di IGD sampai sore setelah itu pulang. tapi akhirnya sih opname juga.
abang hendra yang pertama kali pasangkan infus dan skin test untuk ceftriaxone yang akan masuk. aduh, aku males banget deh sama skin test ini. perihnya itu loh. itu juga sih tadinya alasan aku nggak mau opname. aku takut harus skin test kalau masuk antibiotik, apalagi leukosit ku yang menunjukkan angka 18.500, duhhh..jangan-jangan benar yang aku pikirkan soal sakitku yang kambuh itu.
pasang infus kelar, narfoz sudah masuk, tapi begitu masuk omeprazole injeksi, infusnya bengkak. ya Tuhan, ini bencana lagi. paling malas kan harus ditusuk berkali-kali. karena memang flebitis, akhirnya infus di tangan kananku di aff dan mas yos yang akhirnya pasang infus di tangan kiriku. untung sekali tusuk saja :)
dari pagi aku di IGD, sempat ditemani dua kawanku tapi belakangan mereka pulang. diledekin melulu sama kak tere, kak iges. duh, malu banget tau :(
paling malu itu waktu pergantian jam dinas terus perawatnya sedang aplusan. duh, aku sampai nutupin wajahku pakai selimut. tega banget deh mas yos ini. pas di tempatku mas yos bilang "ini mbak morin dengan febris dan vomitus..lagi tunggu kamar, oh ya nanti dietnya mie ayam sama pempek favorit.." dasar mas yos! malah mas made ketawa-ketawa lagi. ihhh...kalo aku lagi gak sakit, sudah aku cubitin satu-satu :p
di IGD ternyata susah ya buat tidur. rame banget igd sore itu. sedih rasanya ada di IGD jadi pasien, padahal lagi rame. maunya ikutan bantuin kakak2ku di IGD. tapi ya sudah, terlalu memforsir diri kayaknya, makanya sampai sakit begini. belakangan mas made masih tolong boluskan novalgin untukku karena nyeri dadanya kambuh.
sorenya, dr pina datang lagi bawakan makanan dan susu. duh, baiknya. aku kira tadinya dr pina cuma mampir, nggak taunya sengaja datang karena katanya pasti aku nggak ada yang ngurus. jadi terharu :)
sore itu akhirnya aku masuk ruang anggrek dulu. dr pina yang nganter pula. aduh, asli malu banget sebenarnya. malah jadi tambah pingin pulang.
rasanya pingin cepat besok, pingin pulang dan tugas lagi seperti biasa. nggak mau sakit begini lagi. malu nya itu loh nggak nanggung-nanggung.
Kamis, 29 November 2012
tiap kepingan kecil
sudah dari sananya, aku ini seseorang yang senang mengingat kebaikan hati orang lain, namun nilai negatifnya, aku juga bukan seseorang yang mudah melupakan bila ada orang yang pernah menyakiti hatiku. aku terlalu punya banyak kapasitas di dalam lobus-lobus otakku.
malam ini aku jaga sore lagi. jaga sore ini sedikit diwarnai rasa kesalku, tapi tak lah terlalu masalah, sebab aku memang suka jaga di IGD. aku tak peduli lagi soal adil atau tidak adil. terserah mereka yang mengatur jadwal. semakin banyak kesempatanku jaga di IGD, semakin aku punya banyak kesempatan menghibur diriku dengan segala jenis canda dan tawa yang ada di sana, seperti yang mas Y selalu bilang, "di sini tempat kalau kamu lagi badmood, karena kamu bisa ketawa-ketawa lagi, lupa sama semua rasa kesalmu." YEY! benar banget.
sore ini jaga dengan kak T, kak Y, mas Y, mas A dan kak E. dari awal datang, sudah senang saja bawaannya. kerja dengan kakak-kakak IGD ini memang selalu mengasyikan. aku sudah datang jam 16.20 di IGD, lagian bosan juga di kost. lebih seru jaga bareng. lagipula, susunan personil sore ini sangat mengasyikan.
aku banyak ikuta mas A, baik menginfus atau tindakan lainnya. aku senang saja. masih ingat kan mottoku di IGD? aku takkan duduk kalau masih ada kakak2 perawatku yang bekerja. aku di sini bertugas mengikuti mereka. belajar dari mereka. itu gunanya di IGD kan?
sore ini pasien tak terlalu ramai. sesekali kami bercanda, bertukar cerita atau seperti biasa, saling ngegombal ria. aku perhatikan, memang hanya aku inilah koass yang hiperaktif di IGD RS satu ini. tapi, masa bodo amat. aku memang suka di sini.
jam tujuh malam, mas A memanggilku makan. katanya ada mie goreng. serius, aku pikir mie goreng dalam jumlah banyak, yang bisa dimakan sama-sama. setelah ke dapur, ternyata sebungkus mie instan yang hanya diseduh air panas. aku terbahak-bahak mengetahuinya. tapi toh aku makan juga. aku jujur saja tidak lapar, tapi sekedar ingin seru-seruan aja. rasa mie instan itu lumayan. aku menyukainya karena pakai bumbu ketulusan. makan sepiring berdua sambil cerita-cerita sungguh membuat aku makin terhibur.
malam itu aku dapat kesempatan mencoba pasang infus. tau kan bagaimana sulitnya memasang infus di rumah sakit ini? tapi aku boleh dapat kesempatan ini. senang rasanya. aku sangat berterima kasih pada kakak-kakakku.
setelah makan aku sempat membantu mas A untuk memasukan obat supp untuk seorang ibu yang datang dengan kesakitan. ada dua obat supp itu, tapi kata dokter satu saja yang dimasukkan. aku ingat obat tersebut sudah aku kembalikan pada mas A.
menjelang akhir jam jaga, kami masih sempat bercanda dan bersenda gurau. tertawa-tawa sampai rasanya perutku kram. mas Y, mas A dan kak T, semuanya menjadi kawan bercanda yang paling mengasyikan.
malam harinya saat aku sudah di kost, aku menemukan sebuah obat supp di saku snelliku. aku heran. apa iya tadi aku lupa mengembalikan obatnya? tapi seingatku, aku tak mengambil yang sisa satunya. Mas A yang pegang obat sisanya. jadi kemungkinan besar kalau obat itu ada di saku snelli-ku, maka Mas A lah yang meletakkannya tanpa sepengetahuanku. ah, baiknya mas nya aku yang satu ini.
aku selalu berterima kasih untuk kebaikan hati kakak-kakak semua. sudah tak terhitung rasanya berapa puluh kali aku dibantu, entah menyuntikan obat, entah mengerjakan tindakan, atau lainnya. aku sangat-sangat berterima kasih untuk setiap waktu yang pernah kita lewati sama-sama.
Metro, 28112012
Rabu, 21 November 2012
IGD 21-11-2012
hari ini sebuah pengalaman yang takkan aku lupakan terjadi di IGD tempat aku tengah bertugas sebagai koasisten anak.
hari ini nyeri dadaku kambuh, setelah empat hari tanpa rasa sakit sama sekali setelah dapat suntikan analgetik. nyerinya tiba-tiba saja datang. pagi hari aku masih bertugas seperti biasa. masih tertawa-tawa, masih tugas di poliklinik seperti hari-hari sebelumnya. tapi sekitar jam dua belas siang, aku merasa dadaku nyeri. akhirnya aku coba minum satu kapsul analgetik yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
ternyata obat oral tidak banyak membantu lagi. aku putuskan untuk pakai analgetik iv. aku coba dengan ketorolac iv. mas made yang tengah dinas pagi aku mintai tolong untuk menyuntikkannya. itu kira-kira jam setengah satu. tapi setelah suntik pun, rasa sakitnya tidak banyak berkurang. mulai sekitar jam 13.15 aku malah merasakan sakit yang lebih hebat lagi. aku berharap tadinya bisa segera pulang, karena aku sudah tak lagi bisa menahan nyeri. aku masih berharap tidak perlu drip analgetik hari ini, karena tadi kan sudah suntik iv juga. tapi aku tidak kuat. sakit sekali. kawanku bilang wajahku sudah pucat, mungkin akibat menahan nyeri yang teramat sangat. aku benar-benar tidak tahu kenapa tiba-tiba nyerinya langsung teramat sangat seperti itu. biasanya kan tidak langsung sakit begitu.
akhirnya aku putuskan untuk drip analgetik saja. aku minta tolong mas yos yang hari ini dinas siang. mas made yang sudah mau pulang terlihat terkejut melihat aku yang akan dipasang infus. aku katakan, ketorolac nya tak ada efeknya. aku masih merasakan nyeri yang amat sangat.
berhubung siang itu di IGD ramai pasien, akhirnya aku istirahat di kamar jaga perawat. tak terbayang rasanya siang itu. nyeri luar biasa dan rasanya lemas. aku siang itu bahkan sudah pasrah kalau masih tidak berefek juga obatnya, mungkin aku sementara di IGD dulu, lanjut drip analgetiknya. tapi dalam hati aku berdoa, jangan sampai harus rawat inap. jangan sampai.
aku pasti bikin repot siang itu, karena pasang infusnya di belakang (di kamar jaga perawat) jadi tiang infus, alat-alat untuk pasang infus, semua harus dibawa ke belakang. mas made dengan baiknya mencarikan tiang infus, ka iges mondar-mandir mengambil kan jarum abocath. aku benar-benar terharu siang ini. air mata yang menetes sebagian karena menahan nyeri sebagian juga karena menahan rasa haru.
akhirnya mas yos siang itu yang memasangkan infus untukku. aku sudah tak peduli lagi dengan rasa sakit ditusuk jarum infus, sebab dadaku jauh lebih nyeri. waktu ditusuk kedua kali, tiba-tiba saja lampu di IGD padam, membuat proses memasang infus ini jadi lebih terhambat. akhirnya dicoba dengan penerangan senter saja. yang terakhir aku ditemani kak yeti, yang dengan baik hati menemani sembari mengelus kepalaku.
semenjak aku sering sekali merasakan ditusuk jarum, tidak banyak yang pernah menemani atau bahkan mengelus kepalaku seperti yang kak yeti lakukan untukku siang ini, alhasil aku makin terharu. jauh di seberang pulau sana, ada seseorang yang tak pernah menemaniku kalau aku harus merasakan pedihnya ditusuk jarum namun menghakimiku dengan sangat tanpa perasaan. di kota kecil ini, aku malah menemukan orang-orang terbaik.
kak yeti masih sempat menemaniku sebelum akhirnya kembali bertugas, mas yos masih sempat mengambilkan selimut untuk aku jadikan bantal. kak iges pulang ke rumah sebentar dan setelah itu balik lagi menemaniku di IGD.
terakhir, saat aff infus, mas yoga yang melakukannya. masih seperti dulu pertama kali aku datang ke metro, mas yoga masih hobi mem-bully ku. entah kenapa mas ku yang satu ini senang sekali menggodaku. ada-ada saja tingkahnya. tadi aja banyak ritualnya hanya untuk aff infus. duh...
tapi yang jelas, kutuliskan kisah ini di sini, sebab aku tak ingin melupakannya. aku ingin selalu mengingat kebaikan kakak-kakakku semua..
terima kasih mas made, mas yos, mas yoga, ka iges, ka yeti...
Metro, 21 november 2012
Jumat, 26 Oktober 2012
Kecupan yang Menyelamatkan
sejak aku duduk di bangku sekolah menengah, aku sangat sering mendengar kawan-kawan maupun guruku melayangkan pujian untuk tulisanku. oh ya, maksudku di sini, tulisan yang benar-benar tulisan, bukan hasil karya menulis. tulisan tanganku lebih tepatnya.
aku tak ingat lagi berapa banyak orang yang selalu mengatakan "tulisanmu bagus sekali" atau "tulisanmu rapi sekali" atau juga "tulisanmu kayak ketikan komputer". apalagi sejak aku kuliah dan lebih-lebih saat masa kepaniteraan klinik ini. aku sudah berkali-kali mendengar dokter konsulenku memuji, "tulisan kamu bagus dan rapi." atau sering juga sesama koas yang kebetulan meminjam catatanku akan bilang "rapi banget catatannya.."
mendengar pujian seperti itu aku biasanya hanya tersenyum. aku teringat sebuah pengalaman semasa aku kecil. pengalaman yang sudah terjadi sekitar delepan belas tahun silam. satu-satunya pengalaman yang tersisa di sudut ingatanku. pengalaman yang mempunyai peran besar dalam "tulisanku".
tak ingat tahun berapa, TK B Tunas Jakasampurna..........
Ibu Lala selalu bilang tulisanku ini kurang rapi. dibandingkan dengan tulisan teman-teman sekelasku, tulisanku bukan main jeleknya. besar-besar menghabisi ruang di satu baris buku tulis. kayak gajah. tulisan raksasa. nggak enak dibaca. tapi ibu guruku tak pernah bilang tulisanku jelek. Ibu Lala cuma selalu bilang, "belajar menulis lebih rapi. tulisannya dibuat lebih kecil-kecil supaya lebih terlihat rapi." begitu Bu Lala, guru di kelas TK B ku berkata. setiap hari.
berhari-hari selalu begitu. tulisan besar-besar yang tidak enak dibaca. tapi Bu Lala tak pernah marah. ia hanya selalu mengingatkan supaya aku mengecilkan ukuran tulisanku.
suatu hari, aku tak begitu ingat mengapa hal itu terjadi, tapi aku mengecilkan ukuran tulisanku menjadi hanya sepertiganya saja di buku tulisku. tulisanku yang seperti raksasa mengamuk itu tak nampak di halaman bukuku. aku menulis dengan huruf yang kecil-kecil.
seperti biasa, Bu Lala berkeliling untuk mengecek tugas menulis kami masing-masing. tiba di tempatku, Bu Lala nampak terperanjat. ia takjub melihat tulisan model baruku. huruf-huruf yang ukurannya tak seperti biasanya.
"Ini morin tulis sendiri?"
aku mengangguk.
aku lihat Ibu Lala tersenyum. ia nampak puas dengan hasil kerjaku. ia membaca tulisanku lebih lama dari biasanya, lalu ia menunduk di sebelahku. meja belajar kami waktu masih taman kanak-kanak sangat rendah, jadi Ibu Lala harus membungkuk bahkan setengah berjongkok untuk bisa lebih dekat denganku.
aku tak pernah melupakan kata-katanya hari itu, "tulisan morin bagus sekali. tulisannya rapi. ibu senang sekali. karena morin berhasil menulis dengan rapi, mari sini, ibu cium..." dan ibu lala mengecup kedua pipiku yang masih mungil. tak terkira perasaanku saat itu. ada rasa bahagia yang membuncah begitu hebat di dadaku. aku rasanya ingin teriak bilang ke seluruh dunia kalau bu Lala baru saja menciumku karena tulisanku bagus.
kecupan itu terasa sangat dalam bagiku. tak sekedar mengecup pipiku namun sampai ke dasar hatiku. buktinya, aku tak pernah melupakan penggalan kenangan itu. sumpah, aku tak ingat kejadian-kejadian lain dalam masa umurku empat tahun. bahkan kejadian-kejadian di saat usiaku enam tahun atau tujuh tahun juga tak banyak aku ingat. tapi penggalan kejadian itu masih ada di lobus memoriku. aku masih ingat saat pipiku dikecup dengan lembut. rasa bangga dan terharu masih memenuhi hatiku hingga detik ini.
sejak hari itu aku berjanji dalam hatiku, aku akan menulis dengan rapi dan lebih rapi lagi. aku akan selalu membuat tulisanku bagus dan enak dibaca. dan senang rasanya bahwa janji itu masih aku tepati hingga saat ini. setiap mendengar pujian atas tulisanku dialamatkan kepadaku, aku selalu teringat Ibu Lala. seorang guru yang tak pernah memarahiku dan malah menghadiahkan sebuah kecupan saat aku berhasil membuat tulisanku rapi.
------------
aku berjanji pada diriku sendiri, kelak kalau aku punya anak-anak nanti, aku akan selalu menghadiahkan pujian dan semangat kepada mereka saat mereka berhasil melakukan sesuatu yang baik. akan kuhadiahkan kecupan dan pelukan setiap kali mereka dengan bangga menunjukkan hasil terbaik mereka. bukan hanya soal prestasi di sekolah, tapi apa saja. aku akan mengecup mereka saat mereka bisa memasak mie instan sendiri, atau memberikan pelukan ketika mereka berani tampil di muka umum untuk membaca puisi atau menyanyi atau main drama...aku akan ada di sana, di manapun mereka sedang menunjukkan kebolehan mereka. aku akan menjadi panglima yang mengawal bukan presiden atas diri mereka yang menggunakan otoritasku dan mengerdilkan mimpi-mimpi mereka...
sebab sebuah kecupan, sebuah pelukan adalah "kisah penyelamatan" yang sederhana namun sangat mengena. banyak cerita seseorang membatalkan niatnya bunuh diri hanya karena datang "malaikat" yang tanpa tahu kesedihan apa yang tengah menyelimutinya, tiba-tiba memeluknya dengan tulus.
dan karena aku berdiri dengan profesiku yang bukan menjadi seorang guru, aku tak dapat memeluk murid-muridku dengan penuh cinta dan semangat. sebagai gantinya, aku memeluk pasien-pasienku. aku ingin selalu ada di dekat mereka di saat-saat tertentu, di mana aku tak ingin dianggap sebagai seorang koasisten, melaikan lebih kepada seorang sahabat. aku menyediakan waktu untuk duduk di samping mereka, mendengarkan lalu memeluk mereka dengan sepenuh hatiku. tapi soal pelukan ini, biarlah aku cerita di lain kesempatan.
"terima kasih, Ibu Lala. dimanapun Ibu berada saat ini, tanpa kecupan yang menyelamatkan itu, saya takkan menjadi manusia seperti sekarang ini. saya pernah merasakan betapa bahagianya mendapatkan sebuah kecupan untuk hal-hal yang pasti orang lain menganggapnya sangat sepele, dan dari hal sekecil itu saya belajar untuk juga memberikan kecupan dan pelukan kepada mereka yang paling membutuhkannya.."
Rabu, 24 Oktober 2012
suatu senja
tidak perlu dipertanyakan juga,
aku yang memilih ingin melarikan diri...
dari segala tanya sepucuk harapan yang sudah jadi sia-sia.
buat apa terus melangkah membawa segenggam asa,
bila nyatanya langkah ini adalah kematian yang dipercepat?
menggugurkan satu per satu semua bagan hidup yang aku junjung tinggi
mengapa, aku melewatinya tanpa sesiapapun?
sudah terlambat untuk bertanya "mengapa",
hapuslah setiap tanda tanya yang singgah dan mengusik hatimu
sudah cukuplah rasa nyaman yang tersisa di sini,
sebagai manusia yang bekerja tanpa hati,
sebegai seseorang yang jadi robot untuk masa depan..
sudah terlambat untuk merekonsiliasi segala yang sudah terjadi,
sudah terlalu dalam terjerembab dan aku sudah terlalu lama menyimpan luka hati..
sekarang, tak lagi mampu mengatasinya. jauh sudah melewati ambang batasku
aku bersumpah takkan pernah kembali...
berbahagialah mereka yang mati muda... GIE
Jumat, 12 Oktober 2012
pertemuan (poliklinik THT 12-10-12)
Namanya Andika. lengkapnya aku tidak ingat. seorang laki-laki dengan usia yang di status pasien itu tertulis dua puluh dua tahun. perawakannya tidak ada yang spesial di mataku. wajahnya lonjong dengan rambut-rambut halus di dagunya. kacamata ovalnya juga tak mencuri perhatianku. jujur saja laki-laki dengan kaca mata berbingkai persegi jauh lebih menarik buatku. tingginya tidak jauh melebihiku. tipe mahasiswa (kalau dia kuliah) yang sepertinya tidak hobi tawuran, tidak hobi fitness juga. terlihat betul dari bentuk tubuhnya yang biasa-biasa saja. tak ada otot-otot tegap yang menyembul dari lengan bajunya. malah terlihat seperti anak kost kurang uang makan. penampilannya sederhana dan nampak begitu tenang.
tapi yang menarik perhatianku justru buku dalam genggamannya. TRAVEL WRITER. dari awal aku memanggil namanya untuk masuk ke poli THT tempat aku tengah bertugas sebagai koasisten di salah satu rumah sakit di depok, aku sudah tak bisa memalingkan mataku dari buku itu. buku yang menyita seluruh perhatianku sepanjang ia ada di dalam poliklinik.
datang ke poli THT untuk membuat surat keterangan sehat dalam arti telinga hidung dan tenggorokannya dalam batas normal. ia membutuhkan surat itu untuk belajar diving! aku makin memperhatikannya. laki-laki yang terlihat biasa saja di awal masuk poli kini jadi luar biasa. bukunya tentang travel writer lalu sekarang dia mau belajar diving. luruh sudah kesan pertamaku tentangnya. sekarang di kepalaku terbayang, dia pasti seorang pengelana. penakluk alam. hobi traveling. hobi menulis. sekarang dia tertarik menyelami dalamnya samudera.
aku langsung meraih map statusnya begitu ia keluar dari ruangan poliklinik. aku buru-buru keluar dengan maksud ingin mengejarnya. pikiran itu datang begitu saja sehingga aku tak lagi sempat berpikir kenapa aku ingin mengejarnya. aku cuma tahu, aku ingin melihatnya.
aku meletakkan map di atas meja perawat dengan terburu-buru dan begitu aku membalik badan, laki-laki itu ada tepat di belakangku. jantungku berdegup cepat. tiba-tiba saja aku kehilangan kata-kata. kehilangan keberanianku. tiba-tiba aku lupa kalau aku pakai jas putih. aku seharusnya bisa lebih tenang. tapi perasaan ini terlalu mendadak. kehadirannya terlalu terburu-buru. dan aku hanya punya waktu yang singkat.
pernahkah kau merasakan waktu berhenti saat semua terasa mendadak. aku seperti boneka yang hilang jati diri. kaku. tak mampu bergerak. tak mampu membuka pembicaraan. mataku masih menunduk menatap buku dalam genggamannya.
"suka nulis atau suka travelling?" tanyanya dengan sikap yang begitu percaya diri. jauh dari penilaianku saat pertama melihatnya tadi. ia sepertinya bukan tipe laki-laki yang suka ragu-ragu.
aku mengangkat wajahku, memberanikan diri menatap matanya untuk pertama kali. "maksudnya?"
"dari tadi kamu lihatin buku ini kan?" ujarnya lagi sembari memamerkan bukunya. kali ini sebuah senyum bermain di bibirnya.
ya Tuhan! dia tahu aku memperhatikan bukunya. aku makin salah tingkah dibuatnya. aku harus bilang apa? waktu terlalu singkat kalau aku ingin mengatakan padanya aku juga suka travelling, aku ingin suatu saat bisa jadi seorang backpacker dan keliling Eropa, atau harus aku katakan padanya aku juga senang menulis dan pasti akan menyenangkan kalau bisa menulis kisah perjalanan. atau harus aku bilang bahwa aku menyukai laut dan bermimpi suatu saat bisa pergi menyelam di samudera Indonesia.
tapi aku tak punya banyak waktu dan tak punya cukup keberanian. siapa aku sampai harus bercerita begitu banyak?
"selesai tugas jam berapa?" tanyanya membuyarkan lamunan sesaatku.
"jam satu siang." jawabku.
"keberatan kalau aku menunggu di lobi bawah?"
aku melongo. menungguku? buat apa? sebagian hatiku melonjak senang. mungkin dia punya indera keenam. mungkin dia tahu aku belum ingin berpisah dengannya. atau mungkin dia merasakan sebuah perasaan yang sama. sama-sama ingin bercerita.
"kalau kamu nggak keberatan sih. kita bisa ngobrol-ngobrol soal apa saja. morina kan nama kamu?"
untuk kesekian kalinya aku terpana saat ia menyebutkan namaku. "tau dari mana?"
"itu.." katanya sembari menunjuk nametag di snelli ku.
aku tersenyum, "oke. jam satu." kataku.
buru-buru aku meninggalkannya dan kembali masuk ke poli tempat aku bertugas. aku tak bisa berlama-lama. aku masih harus bertugas.
aku menarik nafas panjang. kulihat jam dinding di poli yang menunjukkan pukul sebelas siang. tiba-tiba saja aku ingin jam satu segera datang. aku tak sabar ingin menemuinya lagi. jauh di dasar hatiku, aku berharap ia benar menungguku di lobi bawah.
***
Rabu, 10 Oktober 2012
perbatasan
setiap hal ada ambang batasnya. aku sudah jauh melampauinya. aku sudah ingin menyerah dan sudah waktunya untuk berkata "tidak".
semua toh sia-sia kalau aku mengutarakannya. kau takkan pernah mengerti, sekalipun jauh menyelami apa ranah alam jauh dibawah kesadaran. sudah terlalu jauh aku dirusak.
sudah waktunya aku mengambil keputusanku sendiri
Minggu, 07 Oktober 2012
dan mereka takkan mengerti
mereka akan menganggap aku hanya berlari dari kenyataan, padahal saat ini aku tengah berusaha sendiri menerima dan ikhlas dengan kenyataan. aku hanya tak tahu dari mana harus mengatakannya. mereka tidak akan mengerti. ini rumit. apa aku harus menceritakan secara detail dan membangun kembali trauma yang tiba-tiba hadir lalu membuat hari-hariku serasa dipenuhi ketakutan.
ah, aku yakin sekali, mereka tidak akan pernah mengerti. tidak akan pernah. menurutmu, ini pasti gila bukan? bagaimana peristiwa sekecil itu menjadi pencetus yang tiba-tiba membuatku ingin menghapusnya. aku tak pernah ingin kejadian hari itu duputar ulang bahkan di dalam batok kepalaku sendiri. aku enggan menolehnya lagi.
apa aku berlebihan mengatakannya? bahwa aku tiba-tiba merasa kacau, mendapati diriku sendiri diliput trauma yang takkan pernah mereka mengerti. bukankah seperti ini agak tak masuk di akal? jadi bagaimana aku berupaya menjelaskannya? bahwa lebih baik kuhadapi kematian daripada sekali lagi menghadapi peristiwa itu.
aku sudah tak mau peduli dengan seribu satu alasan atau sejuta pengertian yang berusaha diendapkan dalam pikiranku. aku tak mau melihat lagi dari sudut pandang mereka. ini aku. ini hidupku. ini sudut pandangku. mungkin sudah terlambat untuk "menemaniku" sebab aku sudah terlalu jauh terjerembab ke dasar terdalam.
tahukah mereka bahkan aku ketakutan membayangkan sosoknya? tahukah mereka bahwa setiap langkahku menuju rumah di hari itu penuh dengan air mata? dadaku sesak, bukan karena nafasku yang tercekat akibat kelainan organik, namun karena jutaan perasaan campur aduk di sana.
aku berusaha memaafkan, namun butuh waktu untuk menerimanya. aku masih dibalut ketakutanku sendiri. mungkin mereka takkan paham tentang tubuhku yang kini mendadak bergidik bila membayangkan peristiwa itu. bahwa aku akan langsung menutup mata dan mengenyahkan segala hal yang dapat mengingatkanku pada hari itu. maaf. sungguh maaf. aku takkan sanggup lagi. aku tak punya berani sebanyak itu.
aku benar-benar tak ingin menceritakannya. aku memilih membawanya sendiri dalam diriku dan aku tak ingin apa yang sudah aku kubur dalam-dalam di sini, harus kembali menguak. lupakan saja. aku sudah menyerah.
Sabtu, 06 Oktober 2012
kepada Tuhan
Tuhan, adalah Maha tahu. dalam pengertianku, Ia mengetahui segala sesuatu sebelum segala sesuatu terjadi. Ia melihat sebelum sesuatu muncul ke permukaan.
hatiku ciut, mendengar ceritanya. aku ingin bertanya kepada Tuhan, entah lewat angin, lewat pepohonan yang aku temui di sepanjang jalan menuju gereja kecil ini, atau lewat lonceng-lonceng gereja yang masih bergema. gaungnya masih tersisa di tulang-tulang pendengaranku.
seorang ibu, yang mencari dana untuk operasi putranya. seorang ibu yang harus menggadaikan agamanya demi masa depan anaknya. tidakkah aku punya jutaan alasan untuk bertanya kepada Tuhan, ini soal apa? Ia kah yang merencanakannya? aku ingin bertemu dengan-Nya dan bertanya, benarkah Engkau hanya satu? lalu mengapa harus banyak jalan menuju-Mu? jalan yang selalu bersimpangan, bersinggungan dan menjadi celah bagi lucifer untuk menarik jiwa-jiwa menuju kegelapan?
mana yang salah, Tuhan? ibu yang menggadaikan jubah "agama" nya demi darah daging yang berasal dari Engkau, atau para brengsek dan para kafir yang memaksanya memilih hal yang sebenarnya bukan pilihan. atau baiklah aku bertanya, akan berpalingkah wajah-Mu daripadanya bila ia tak lagi mengatup tangan dan membuat tanda salib jika berdoa? apa Kau akan meninggalkannya? karena ia memilih putranya, yang Kau hadiahkan kepadanya?
ataukah ini cuma cara-Mu menguji, seperti Kau menguji kesetiaan Abraham? namun mengujikah bila materi yang harus bicara? tidak dapatkah Kau jamah kelembutan hati para dokter-dokter atau siapapun, yang mau membantu namun tak memaksa? atau sebenarnya Kau menginginkan perempuan ini diam saja? seperti Maria, yang pasrah saat Kau memikul salib kematian-Mu ke Golgota?
berikanlah aku pengertian, untuk mencerna, untuk tidak memihak, untuk melihat segalanya dari sudut pandang-Mu yang juga belum mampu aku selami seutuhnya. aku tak pandai mencari makna di balik setiap peristiwa. aku gila memikirkan ini semua. tentang siapa yang salah, siapa yang patut dipersalahkan atau siapa yang tak pernah benar.
tidak ada seorang ibu yang tidak berjuang bila melihat anaknya terbaring menanggung derita. tak ada ibu yang ragu ketika berhadapan dengan maut kalau hal tersebut dapat menolong anaknya. bukankah ibu adalah pencitraan Tuhan yang Maha lembut?
jadi, kepada Pemilik semesta, bisakah aku mengirim jutaan tanya ini dan mendapatkan jawabnya? tak sayangkah Engkau kepada mereka yang papa? yang terbelit persoalan dan hilang arah? aku hanya ingin lebih memahami, mana yang jauh lebih tinggi harkatnya? kehidupan atau sepotong kata bernama "agama"
Jumat, 05 Oktober 2012
galaksi terindah
Kamu,
adalah galaksi terindah yang ditemukan para ilmuwan
saat mereka menjajaki semesta
dan mencari kebenaran teori segala sesuatu
Senyummu,
adalah bias warna-warni pelangi
yang muncul akibat matahari yang melewati prisma
dan memunculkan tujuh warna indah,
Bola matamu,
adalah jutaan bintang di ruang angkasa,
memancarkan sinarnya dari jutaan mil jauhnya
dan mengirimkan getar panasnya sampai di sini
Keberadaanmu,
adalah mitos-mitos yang tak terpecahkan,
seperti reka-reka manusia hijau mata belo yang dicari para ahli astrologi,
tak terdeteksi,
sekalipun kita masih menjajaki antariksa yang sama
elegi cinta kita
Cinta kita adalah kebisuan lampu-lampu jalan
Di temaram kota yang larut malam
Tidak bernyanyi riuh
Tidak menyala terang dan menyilaukan
Cinta kita adalah gerimis pagi yang diumpat orang,
terlalu dini menyapa, tapi tak kuasa juga ditolak
Cinta kita dalah bulan separoh yang malu-malu
Kalau datang ragu, kita bersembunyi dibalik awan,
dan bila nanti saatnya datang,
Kita biarkan cahaya terakhir jadi pesona malam
sebelum berpisah
Sebelum kita berpisah,
bisakah kita bertemu esok senja
di jam yang sama, di tempat yang sama
waktu kita bertemu pertama kali
dan ikatan ini belum terjalin
Sebelum kita mengakhiri,
bisakah aku mendengar suaramu sekali lagi
lantunkan seribu alasan,
tapi aku tidak akan peduli pada bait-bait alasan itu,
kecuali bahwa aku ingin kau bercerita banyak
dan meresapi gema suaramu yang terakhir
Sebelum kita melangkah sendiri-sendiri,
bisakah aku memelukmu sekali lagi?
dan meletakkan kepala dalam dadamu?
supaya aku boleh merasakan aroma tubuhmu
terakhir kali, sebelum ada yang mengganti
Dan sebelum aku ingin bertemu denganmu,
biarkan aku sendiri dulu,
merelakan bahwa saat aku duduk berhadapan denganmu
ini akan jadi yang terakhir
ya! aku pernah mencintaimu..
dear matahari,
ya, matahari. ada suatu waktu, yang belum lama ini berlalu, aku merasakan gelitik hangat di dadaku bila aku berada di dekatmu. perasaan maha lembut yang sudah lama tak pernah aku rasakan. hatiku yang gersang tiba-tiba teduh dengan senyummu.
aku menikmati setiap potongan senja yang pernah kita lewati bersama. aku menikmati perasaan yang merongrong di saat-saat terakhir masa itu. menyesalkah aku pernah mencintamu, matahari? mungkin tak pernah..
aku belum pernah merasakan begitu diperhatikan, di saat kesendirian tengah meraja. perasaan begitu dibutuhkan, bahkan ketika aku sendiri merasa tak lagi membutuh raga ini. tapi kau di sana, jadi secercah harapan di tengah hari yang lelah..
matahariku, aku pernah membiarkan perasaan ini tumbuh perlahan, mengharap akan segera kita boleh berjumpa lagi, tapi aku kecewa, bahwa terlalu jauh jarak yang dibentangkan. tapi pada akhirnya aku sadari, bahwa semakin aku mendekat, mungkin nantinya aku akan semakin sakit hati. aku harus belajar melepasmu.
matahari, aku bukan dirinya yang membutuhkanmu hanya di saat-saat tertentu saja. bila aku sayang padamu, ini sebuah perasaan yang lahir dari hati atas nama ketulusan dan keikhlasan. aku takkan menuntut apa-apa untuk menjadi bagianmu. mungkin aku hanya kecewa, mengapakah aku harus ditempatkan di tempat yang sama, yang dulu kau bilang hanya untukku?
aku ingin bersama denganmu, sebatas aku dan kamu lalu ruang. lupakan soal lainnya. aku tak butuh pesawat untuk kita pergi ke negeri antah berantah. aku hanya ingin bicara denganmu dan berharap semuanya jadi baik-baik saja. aku ingin melengkapimu dengan sebait ketulusan.
aku tak pernah belajar memanfaatkan kau, yang begitu baik, aku ingin melimpahimu dengan setiap kebaikan yang mampu aku lakukan, tapi jangan rongrong aku dengan sikapmu yang penuh tanda tanya.
aku pernah mencintaimu dengan sangat ikhlas, bahkan ketika aku pergi, aku tak meminta apapun harus dikembalikan. aku bahagia, melihatmu bahagia. aku melepasmu seperti sebelumnya. kita adalah dua perahu, yang takkan pernah mengarungi samudera yang sama.
dear matahari, mungkin kau merasakannya. aku melangkah mengambil jarak diantara kita. aku hanya ingin membuatnya jadi terbiasa, setidaknya untukku. aku tahu kau akan baik-baik saja, dengan malaikat-malaikat yang akan menjagamu. suatu hari nanti, matahariku, kita tertawakan masa yang sudah lewat dulu. tapi benar memang, aku pernah mencintaimu, dengan cara yang paling sederhana dan tanpa mengharap apa-apa.
sebab ketika kita mencintai, perasaan tersebut akan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik untuk seseorang yang kita cintai. begitu juga aku kepadamu. aku ingin membagi denganmu. memberikan setiap waktuku menemanimu. doaku terkirim di malam-malam waktu kudengar kau terbaring sakit. dan aku tak pernah mengharap diperlakukan secara khusus. aku tak mencari materimu. aku mencintaimu dengan perasaan yang sangat sederhana. rasa ingin melindungi dan rasa ingin selalu membuatmu tersenyum. itu saja.
matahari, aku masih berdoa untukmu sekalipun kita sudah jauh sekali terpisah. aku tak pernah mencoba melupakanmu. aku selalu mengingat setiap kebaikan hatimu. bila aku mengambil jarak, pahamilah sebentar, aku butuh terbiasa...tanpamu..
Selasa, 02 Oktober 2012
dear kak tirta tersayang...
sebenarnya aku sendiri tidak ingat sejak kapan kami akhirnya dekat. aku lupa kapan pertama kali jaga bareng sama kak tirta, tapi ada satu hari yang aku nggak akan pernah lupa.
hari itu lima belas november dua ribu sebelas. hari ulang tahunku. hari ulang tahun yang aku rayakan di rumah sakit karena malam itu sampai besoknya aku bertugas jaga. saat itu aku sedang menjalani kepaniteraan klinik di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung.
seusai jam dua siang, seharusnya aku sudah boleh pulang, tapi karena menjelang jam pulang ada pasien epidural hematom dan harus pasang ETT, aku akhirnya belum bisa pulang. aku harus bagging pasien. yakk..lengkap kan rasanya di rumah sakit hari itu. ulang tahun dengan tiga puluh enam jam di rumah sakit. duhh...
sore itu, aku ikut mengantar pasien untuk CT Scan bersama ka tirta. aku bilang ke ka tirta di ruang radiologi itu, "kasih selamat dong buat aku, kak.."
ka tirta jawab, "selamat apa?"
"selamat ulang tahun. aku kan ulang tahun hari ini.."
sepertinya sejak hari itu akhirnya aku merasa punya kakak baru. jaga di IGD rasanya seru kalau ada kak tirta. mulai dari bisa makan-makan bareng, minum es krim bareng sampai kerja bareng. banyak diajarin juga waktu di IGD.
kadang kita memang tidak memerlukan terlalu banyak alasan untuk menjelaskan mengapa kita sayang pada seseorang. tidak perlu bertele-tele, tidak perlu berlebih-lebihan. sayang ya sayang saja. kalau pada dasarnya kita bisa klop sama-sama ya akan begitu seterusnya. sayang itu bukan cuma karena baik terus, kadang teguran, nasihat, itulah ungkapan sayang yang lebih nyata. seseorang yang benar sayang pada kita takkan membiarkan kita jalan di jalan yang salah. mereka akan berusaha mengingatkan sebelum kita salah langkah.
begitu juga yang aku temukan dalam satu tahun kenal ka tirta. seseorang yang hadir dalam suka maupun duka. yang jauh di seberang selat sunda namun doanya selalu terdengar sampai di hatiku. yang nasihatnya selalu mencambuk semangatku, yang cerita-ceritanya selalu membuat aku ingin segera kembali ke lampung.
sekarang, kalau di IGD aku bisa suntik iv sekali tusuk, bisa melakukannya dengan baik dan benar, semuanya itu yang pertama kali mengajarkan ka tirta. pertama itu tanganku gemetaran. nggak percaya diri, tapi sekarang, aku bisa melakukannya sendiri, dengan benar dan jarang sekali meleset. yang tersulit sekalipun pernah aku kerjakan. bekal ilmunya? dari kak tirta. hmm.. ini juga salah satu momen yang aku nggak pernah lupa. kata ka tirta, "pegang spuitnya yang mantap, jangan gemetaran, kalau sudah kena venanya, tahan ujung spuitnya supaya nggak bergerak lagi.." *ka tirta, aku nggak pernah lupain ilmunya loh :)
ka tirta juga yang ajarin aku dandan kalau mau ke rumah sakit. bukan dandan yang menor ala artis mau shooting, tapi dandan supaya terlihat lebih cerah dan segar aja. tadinya, aku jarang banget mau pakai bedak ke rumah sakit. malas aja. dari zaman kuliah memang nggak begitu suka pake make up. tapi akhirnya aku belajar untuk sekedar pakai pelembab, bedak, lipstik tipis dan pensil alis. simpel kan?
aku nggak punya kakak perempuan, mungkin karena itu jadi klop dengan ka tirta. teman kerja, teman ngobrol, teman curhat. benar-benar sudah aku anggap kakak sendiri. ternyata punya kakak perempuan itu menyenangkan ya.
nggak tahu kapan lagi bisa balik ke lampung, tapi ingin bisa secepatnya. rindu ingin banyak cerita, berbagi, ketawa-ketawa atau sekedar makan es krim bareng lagi...
kapan yaa...
CARDIO Quiz, ayo uji pengetahuan ttg JANTUNG!
begini, kemarin saya membaca twit seorang dokter yang sedang PTT di Nusa Tenggara Timur. isi timeline nya, tentang pertanyaan-pertanyaan seputar jantung. ia menyebutnya #CardioQuiz .
tiba-tiba saja saya mendapati diri saya sangat menikmati #CardioQuiz ini.. nah, saya coba untuk tuliskan pertanyaan-pertanyaannya ya. ayo teman-teman siapa yang bisa jawab dengan cepat dan tepat? kalau saya sih jujur saja dari seluruh pertanyaan yang ada, saya baru bisa jawab satu. benar-benar simpel pertanyaannya, tapi memutar otak, tapi kalau dipikir-pikir ini perlu diketahui untuk kita yang kelak bertugas jaga di IGD maupun dokter praktik umum... yuk coba dijawab
1. adanya gejala-gejala seperti takikardi, mual, keringat dingin tanpa disertai typical chest discomfort pada iskemik jantung disebut dengan?
2. penyakit yang gambaran EKG nya diffuse ST elevation disertai dengan depresi egmen PR adalah?
3. terapi kuratif untuk penyakit yang ditandai dengan EKG yang PR interval memendek + delta wave adalah?
4. tindakan awal yang bisa dilakukan pada pasien palpitasi dengan EKG takikardi supraventrikular reguler tanpa gelombang P dengan rate 150X adalah?
5. Obat-obatan dislipidemia yang paling baik untuk meningkatkan kadar HDL adalah?
6. golongan obat pencegah angina yang tidak hanya menurunkan O2 demand jantung tapi juga meningkatkan suplai O2 ke jantung adalah?
7. obat-obatan anti hipertensi yang mungkin dapat menyebabkan disfungsi seksual dan gangguan kontrol gula darah pada pasien DM adalah?
8. Obat anti angina yang tidak direkomendasikan sebagai obat prevensi adalah? sebutkan alasannya!
nah, cukup sampai di sini dulu #CardioQuiz nya. berani jawab?
kalau kami, waktu dapat pertanyaan ini, harus langsung jawab dan dikasih sebuah anjuran yang hanya Tuhan dan kami yang tahu yaitu "jangan buka buku, pokoknya harus memeras otak dan kemampuan yang dimiliki", tapi di sini, silahkan teman-teman buka buku lagi. nggak ada salahnya buka buku lagi walaupun stase interna sudah lewat. mudah-mudahan ini membantu kita semua.
*pertanyaan by dr Rizky
Sabtu, 29 September 2012
aku ingin bercerita kepadamu
aku ingin bercerita kepadamu,
tentang bujur cakrawala senja yang selalu menjadi candu hatiku,
ingin menceritakan layang-layang di langit yang dimainkan dengan elok
ekornya melambai membelah langit
ditengah terik dan angin yang menerpa
aku ingin bercerita kepadamu, tentang lembayung yang memikatku
sejak aku pertama mengenalnya, jatuh hati lalu jadi fanatik
duduk di beranda, menikmati senja dan menunggu kau pulang
aku ingin bercerita kepadamu,
tentang kecamuk rasa yang merongrong hati sekian lama,
gelisah yang mendera seolah tak pernah ada ujungnya
dan rangkaian tanda tanya, yang aku tak pernah tahu kapan dijawab
kapan aku boleh duduk lagi dan kita bercengkrama
dengan aku dalam dekapmu
bersandar membagi lelah, memeluk membagi derita
menyanyi lagi seperti dulu-dulu
mencoba memulihkan apa yang retak sebelumnya
aku ingin bercerita kepadamu,
tentang mimpi-mimpi, cita-cita dan angan-angan
tentang aku yang berpikir masa depan,
aku yang ingin menelusuri jalan panjang menuju tujuanku
atau sekedar bercerita tentang remah-remah kehidupan kecil
tertawa dan lalu sama-sama hanya terdiam
tapi dalam diam pun kita akan tetap bercerita
suatu hari, kalau kesempatan itu ada...
aku benar ingin bercerita kepadamu
Langganan:
Postingan (Atom)