Tuhan, adalah Maha tahu. dalam pengertianku, Ia mengetahui segala sesuatu sebelum segala sesuatu terjadi. Ia melihat sebelum sesuatu muncul ke permukaan.
hatiku ciut, mendengar ceritanya. aku ingin bertanya kepada Tuhan, entah lewat angin, lewat pepohonan yang aku temui di sepanjang jalan menuju gereja kecil ini, atau lewat lonceng-lonceng gereja yang masih bergema. gaungnya masih tersisa di tulang-tulang pendengaranku.
seorang ibu, yang mencari dana untuk operasi putranya. seorang ibu yang harus menggadaikan agamanya demi masa depan anaknya. tidakkah aku punya jutaan alasan untuk bertanya kepada Tuhan, ini soal apa? Ia kah yang merencanakannya? aku ingin bertemu dengan-Nya dan bertanya, benarkah Engkau hanya satu? lalu mengapa harus banyak jalan menuju-Mu? jalan yang selalu bersimpangan, bersinggungan dan menjadi celah bagi lucifer untuk menarik jiwa-jiwa menuju kegelapan?
mana yang salah, Tuhan? ibu yang menggadaikan jubah "agama" nya demi darah daging yang berasal dari Engkau, atau para brengsek dan para kafir yang memaksanya memilih hal yang sebenarnya bukan pilihan. atau baiklah aku bertanya, akan berpalingkah wajah-Mu daripadanya bila ia tak lagi mengatup tangan dan membuat tanda salib jika berdoa? apa Kau akan meninggalkannya? karena ia memilih putranya, yang Kau hadiahkan kepadanya?
ataukah ini cuma cara-Mu menguji, seperti Kau menguji kesetiaan Abraham? namun mengujikah bila materi yang harus bicara? tidak dapatkah Kau jamah kelembutan hati para dokter-dokter atau siapapun, yang mau membantu namun tak memaksa? atau sebenarnya Kau menginginkan perempuan ini diam saja? seperti Maria, yang pasrah saat Kau memikul salib kematian-Mu ke Golgota?
berikanlah aku pengertian, untuk mencerna, untuk tidak memihak, untuk melihat segalanya dari sudut pandang-Mu yang juga belum mampu aku selami seutuhnya. aku tak pandai mencari makna di balik setiap peristiwa. aku gila memikirkan ini semua. tentang siapa yang salah, siapa yang patut dipersalahkan atau siapa yang tak pernah benar.
tidak ada seorang ibu yang tidak berjuang bila melihat anaknya terbaring menanggung derita. tak ada ibu yang ragu ketika berhadapan dengan maut kalau hal tersebut dapat menolong anaknya. bukankah ibu adalah pencitraan Tuhan yang Maha lembut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar