karena menulis itu menyembuhkan maka MENULISLAH...
Zona Laut Biru
satu-satunya yang aku suka adalah : MENULIS, soal yang lain masih boleh ditawar, tapi MENULIS adalah satu-satunya duniaku yang tak pernah berdusta
Senin, 10 September 2012
Rumah di Seribu Ombak
aku sudah nonton film-nya sebelum aku baca novelnya. maklumlah, aku bukan lagi aku yang dulu. aku tak lagi mengecek emailku saat daftar buku-buku terbaru dikirimkan kepadaku. aku sudah tak banyak mengikuti perkembangan novel-novel dan karya sastra terbaru yang bermunculan. aku jauh ketinggalan.
rumah di seribu ombak karya erwin arnada ini sungguh memukau sejak awal aku membacanya. kalimatnya mengalir dengan indah namun tidak bertele-tele. aku suka caranya menceritakan sebuah peristiwa. mendetail namun tak membosankan.
rumah di seribu ombak menceritakan persahabatan dua orang anak laki-laki di singaraja, bali. dua orang sahabat yang sama-sama berjuang untuk keluar dari trauma masa kecilnya. Samihi, anak muslim yang takut dengan laut dan yanik, anak Hindu yang punya trauma dengan seorang pria asing pedofilia.
persahabatan dua anak manusia yang terasa begitu manis sekaligus getir. samihi dan yanik saling membantu, saling berbagi dan saling mengerti.
erwin arnada berhasil menghanyutkanku dalam novelnya. aku begitu menikmati pantai lovina yang diceritakanya. aku begitu terbawa suasana dengan penggambarannya tentang lumba-lumba, tentang surfing dan tentang sebuah persahabatan abadi antara samihi dan yanik.
sekali lagi erwin arnada menyajikan eksekusi yang membuatku menarik nafas lega. seperti inilah novel yang aku suka. inilah karya sastra. bukan angan-angan mimpi semata, tapi menunjukkan sebuah hal yang lebih mendekat pada realita.
rumah di seribu ombak, aku jatuh hati sejak halaman pertamanya dan terkagum-kagum sampai pada akhirnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar