Jumat, 26 Oktober 2012
Rabu, 24 Oktober 2012
suatu senja
tidak perlu dipertanyakan juga,
aku yang memilih ingin melarikan diri...
dari segala tanya sepucuk harapan yang sudah jadi sia-sia.
buat apa terus melangkah membawa segenggam asa,
bila nyatanya langkah ini adalah kematian yang dipercepat?
menggugurkan satu per satu semua bagan hidup yang aku junjung tinggi
mengapa, aku melewatinya tanpa sesiapapun?
sudah terlambat untuk bertanya "mengapa",
hapuslah setiap tanda tanya yang singgah dan mengusik hatimu
sudah cukuplah rasa nyaman yang tersisa di sini,
sebagai manusia yang bekerja tanpa hati,
sebegai seseorang yang jadi robot untuk masa depan..
sudah terlambat untuk merekonsiliasi segala yang sudah terjadi,
sudah terlalu dalam terjerembab dan aku sudah terlalu lama menyimpan luka hati..
sekarang, tak lagi mampu mengatasinya. jauh sudah melewati ambang batasku
aku bersumpah takkan pernah kembali...
berbahagialah mereka yang mati muda... GIE
Jumat, 12 Oktober 2012
pertemuan (poliklinik THT 12-10-12)
Namanya Andika. lengkapnya aku tidak ingat. seorang laki-laki dengan usia yang di status pasien itu tertulis dua puluh dua tahun. perawakannya tidak ada yang spesial di mataku. wajahnya lonjong dengan rambut-rambut halus di dagunya. kacamata ovalnya juga tak mencuri perhatianku. jujur saja laki-laki dengan kaca mata berbingkai persegi jauh lebih menarik buatku. tingginya tidak jauh melebihiku. tipe mahasiswa (kalau dia kuliah) yang sepertinya tidak hobi tawuran, tidak hobi fitness juga. terlihat betul dari bentuk tubuhnya yang biasa-biasa saja. tak ada otot-otot tegap yang menyembul dari lengan bajunya. malah terlihat seperti anak kost kurang uang makan. penampilannya sederhana dan nampak begitu tenang.
tapi yang menarik perhatianku justru buku dalam genggamannya. TRAVEL WRITER. dari awal aku memanggil namanya untuk masuk ke poli THT tempat aku tengah bertugas sebagai koasisten di salah satu rumah sakit di depok, aku sudah tak bisa memalingkan mataku dari buku itu. buku yang menyita seluruh perhatianku sepanjang ia ada di dalam poliklinik.
datang ke poli THT untuk membuat surat keterangan sehat dalam arti telinga hidung dan tenggorokannya dalam batas normal. ia membutuhkan surat itu untuk belajar diving! aku makin memperhatikannya. laki-laki yang terlihat biasa saja di awal masuk poli kini jadi luar biasa. bukunya tentang travel writer lalu sekarang dia mau belajar diving. luruh sudah kesan pertamaku tentangnya. sekarang di kepalaku terbayang, dia pasti seorang pengelana. penakluk alam. hobi traveling. hobi menulis. sekarang dia tertarik menyelami dalamnya samudera.
aku langsung meraih map statusnya begitu ia keluar dari ruangan poliklinik. aku buru-buru keluar dengan maksud ingin mengejarnya. pikiran itu datang begitu saja sehingga aku tak lagi sempat berpikir kenapa aku ingin mengejarnya. aku cuma tahu, aku ingin melihatnya.
aku meletakkan map di atas meja perawat dengan terburu-buru dan begitu aku membalik badan, laki-laki itu ada tepat di belakangku. jantungku berdegup cepat. tiba-tiba saja aku kehilangan kata-kata. kehilangan keberanianku. tiba-tiba aku lupa kalau aku pakai jas putih. aku seharusnya bisa lebih tenang. tapi perasaan ini terlalu mendadak. kehadirannya terlalu terburu-buru. dan aku hanya punya waktu yang singkat.
pernahkah kau merasakan waktu berhenti saat semua terasa mendadak. aku seperti boneka yang hilang jati diri. kaku. tak mampu bergerak. tak mampu membuka pembicaraan. mataku masih menunduk menatap buku dalam genggamannya.
"suka nulis atau suka travelling?" tanyanya dengan sikap yang begitu percaya diri. jauh dari penilaianku saat pertama melihatnya tadi. ia sepertinya bukan tipe laki-laki yang suka ragu-ragu.
aku mengangkat wajahku, memberanikan diri menatap matanya untuk pertama kali. "maksudnya?"
"dari tadi kamu lihatin buku ini kan?" ujarnya lagi sembari memamerkan bukunya. kali ini sebuah senyum bermain di bibirnya.
ya Tuhan! dia tahu aku memperhatikan bukunya. aku makin salah tingkah dibuatnya. aku harus bilang apa? waktu terlalu singkat kalau aku ingin mengatakan padanya aku juga suka travelling, aku ingin suatu saat bisa jadi seorang backpacker dan keliling Eropa, atau harus aku katakan padanya aku juga senang menulis dan pasti akan menyenangkan kalau bisa menulis kisah perjalanan. atau harus aku bilang bahwa aku menyukai laut dan bermimpi suatu saat bisa pergi menyelam di samudera Indonesia.
tapi aku tak punya banyak waktu dan tak punya cukup keberanian. siapa aku sampai harus bercerita begitu banyak?
"selesai tugas jam berapa?" tanyanya membuyarkan lamunan sesaatku.
"jam satu siang." jawabku.
"keberatan kalau aku menunggu di lobi bawah?"
aku melongo. menungguku? buat apa? sebagian hatiku melonjak senang. mungkin dia punya indera keenam. mungkin dia tahu aku belum ingin berpisah dengannya. atau mungkin dia merasakan sebuah perasaan yang sama. sama-sama ingin bercerita.
"kalau kamu nggak keberatan sih. kita bisa ngobrol-ngobrol soal apa saja. morina kan nama kamu?"
untuk kesekian kalinya aku terpana saat ia menyebutkan namaku. "tau dari mana?"
"itu.." katanya sembari menunjuk nametag di snelli ku.
aku tersenyum, "oke. jam satu." kataku.
buru-buru aku meninggalkannya dan kembali masuk ke poli tempat aku bertugas. aku tak bisa berlama-lama. aku masih harus bertugas.
aku menarik nafas panjang. kulihat jam dinding di poli yang menunjukkan pukul sebelas siang. tiba-tiba saja aku ingin jam satu segera datang. aku tak sabar ingin menemuinya lagi. jauh di dasar hatiku, aku berharap ia benar menungguku di lobi bawah.
***
Rabu, 10 Oktober 2012
perbatasan
setiap hal ada ambang batasnya. aku sudah jauh melampauinya. aku sudah ingin menyerah dan sudah waktunya untuk berkata "tidak".
semua toh sia-sia kalau aku mengutarakannya. kau takkan pernah mengerti, sekalipun jauh menyelami apa ranah alam jauh dibawah kesadaran. sudah terlalu jauh aku dirusak.
sudah waktunya aku mengambil keputusanku sendiri
Minggu, 07 Oktober 2012
dan mereka takkan mengerti
mereka akan menganggap aku hanya berlari dari kenyataan, padahal saat ini aku tengah berusaha sendiri menerima dan ikhlas dengan kenyataan. aku hanya tak tahu dari mana harus mengatakannya. mereka tidak akan mengerti. ini rumit. apa aku harus menceritakan secara detail dan membangun kembali trauma yang tiba-tiba hadir lalu membuat hari-hariku serasa dipenuhi ketakutan.
ah, aku yakin sekali, mereka tidak akan pernah mengerti. tidak akan pernah. menurutmu, ini pasti gila bukan? bagaimana peristiwa sekecil itu menjadi pencetus yang tiba-tiba membuatku ingin menghapusnya. aku tak pernah ingin kejadian hari itu duputar ulang bahkan di dalam batok kepalaku sendiri. aku enggan menolehnya lagi.
apa aku berlebihan mengatakannya? bahwa aku tiba-tiba merasa kacau, mendapati diriku sendiri diliput trauma yang takkan pernah mereka mengerti. bukankah seperti ini agak tak masuk di akal? jadi bagaimana aku berupaya menjelaskannya? bahwa lebih baik kuhadapi kematian daripada sekali lagi menghadapi peristiwa itu.
aku sudah tak mau peduli dengan seribu satu alasan atau sejuta pengertian yang berusaha diendapkan dalam pikiranku. aku tak mau melihat lagi dari sudut pandang mereka. ini aku. ini hidupku. ini sudut pandangku. mungkin sudah terlambat untuk "menemaniku" sebab aku sudah terlalu jauh terjerembab ke dasar terdalam.
tahukah mereka bahkan aku ketakutan membayangkan sosoknya? tahukah mereka bahwa setiap langkahku menuju rumah di hari itu penuh dengan air mata? dadaku sesak, bukan karena nafasku yang tercekat akibat kelainan organik, namun karena jutaan perasaan campur aduk di sana.
aku berusaha memaafkan, namun butuh waktu untuk menerimanya. aku masih dibalut ketakutanku sendiri. mungkin mereka takkan paham tentang tubuhku yang kini mendadak bergidik bila membayangkan peristiwa itu. bahwa aku akan langsung menutup mata dan mengenyahkan segala hal yang dapat mengingatkanku pada hari itu. maaf. sungguh maaf. aku takkan sanggup lagi. aku tak punya berani sebanyak itu.
aku benar-benar tak ingin menceritakannya. aku memilih membawanya sendiri dalam diriku dan aku tak ingin apa yang sudah aku kubur dalam-dalam di sini, harus kembali menguak. lupakan saja. aku sudah menyerah.
Sabtu, 06 Oktober 2012
kepada Tuhan
Tuhan, adalah Maha tahu. dalam pengertianku, Ia mengetahui segala sesuatu sebelum segala sesuatu terjadi. Ia melihat sebelum sesuatu muncul ke permukaan.
hatiku ciut, mendengar ceritanya. aku ingin bertanya kepada Tuhan, entah lewat angin, lewat pepohonan yang aku temui di sepanjang jalan menuju gereja kecil ini, atau lewat lonceng-lonceng gereja yang masih bergema. gaungnya masih tersisa di tulang-tulang pendengaranku.
seorang ibu, yang mencari dana untuk operasi putranya. seorang ibu yang harus menggadaikan agamanya demi masa depan anaknya. tidakkah aku punya jutaan alasan untuk bertanya kepada Tuhan, ini soal apa? Ia kah yang merencanakannya? aku ingin bertemu dengan-Nya dan bertanya, benarkah Engkau hanya satu? lalu mengapa harus banyak jalan menuju-Mu? jalan yang selalu bersimpangan, bersinggungan dan menjadi celah bagi lucifer untuk menarik jiwa-jiwa menuju kegelapan?
mana yang salah, Tuhan? ibu yang menggadaikan jubah "agama" nya demi darah daging yang berasal dari Engkau, atau para brengsek dan para kafir yang memaksanya memilih hal yang sebenarnya bukan pilihan. atau baiklah aku bertanya, akan berpalingkah wajah-Mu daripadanya bila ia tak lagi mengatup tangan dan membuat tanda salib jika berdoa? apa Kau akan meninggalkannya? karena ia memilih putranya, yang Kau hadiahkan kepadanya?
ataukah ini cuma cara-Mu menguji, seperti Kau menguji kesetiaan Abraham? namun mengujikah bila materi yang harus bicara? tidak dapatkah Kau jamah kelembutan hati para dokter-dokter atau siapapun, yang mau membantu namun tak memaksa? atau sebenarnya Kau menginginkan perempuan ini diam saja? seperti Maria, yang pasrah saat Kau memikul salib kematian-Mu ke Golgota?
berikanlah aku pengertian, untuk mencerna, untuk tidak memihak, untuk melihat segalanya dari sudut pandang-Mu yang juga belum mampu aku selami seutuhnya. aku tak pandai mencari makna di balik setiap peristiwa. aku gila memikirkan ini semua. tentang siapa yang salah, siapa yang patut dipersalahkan atau siapa yang tak pernah benar.
tidak ada seorang ibu yang tidak berjuang bila melihat anaknya terbaring menanggung derita. tak ada ibu yang ragu ketika berhadapan dengan maut kalau hal tersebut dapat menolong anaknya. bukankah ibu adalah pencitraan Tuhan yang Maha lembut?
jadi, kepada Pemilik semesta, bisakah aku mengirim jutaan tanya ini dan mendapatkan jawabnya? tak sayangkah Engkau kepada mereka yang papa? yang terbelit persoalan dan hilang arah? aku hanya ingin lebih memahami, mana yang jauh lebih tinggi harkatnya? kehidupan atau sepotong kata bernama "agama"
Jumat, 05 Oktober 2012
galaksi terindah
Kamu,
adalah galaksi terindah yang ditemukan para ilmuwan
saat mereka menjajaki semesta
dan mencari kebenaran teori segala sesuatu
Senyummu,
adalah bias warna-warni pelangi
yang muncul akibat matahari yang melewati prisma
dan memunculkan tujuh warna indah,
Bola matamu,
adalah jutaan bintang di ruang angkasa,
memancarkan sinarnya dari jutaan mil jauhnya
dan mengirimkan getar panasnya sampai di sini
Keberadaanmu,
adalah mitos-mitos yang tak terpecahkan,
seperti reka-reka manusia hijau mata belo yang dicari para ahli astrologi,
tak terdeteksi,
sekalipun kita masih menjajaki antariksa yang sama
elegi cinta kita
Cinta kita adalah kebisuan lampu-lampu jalan
Di temaram kota yang larut malam
Tidak bernyanyi riuh
Tidak menyala terang dan menyilaukan
Cinta kita adalah gerimis pagi yang diumpat orang,
terlalu dini menyapa, tapi tak kuasa juga ditolak
Cinta kita dalah bulan separoh yang malu-malu
Kalau datang ragu, kita bersembunyi dibalik awan,
dan bila nanti saatnya datang,
Kita biarkan cahaya terakhir jadi pesona malam
sebelum berpisah
Sebelum kita berpisah,
bisakah kita bertemu esok senja
di jam yang sama, di tempat yang sama
waktu kita bertemu pertama kali
dan ikatan ini belum terjalin
Sebelum kita mengakhiri,
bisakah aku mendengar suaramu sekali lagi
lantunkan seribu alasan,
tapi aku tidak akan peduli pada bait-bait alasan itu,
kecuali bahwa aku ingin kau bercerita banyak
dan meresapi gema suaramu yang terakhir
Sebelum kita melangkah sendiri-sendiri,
bisakah aku memelukmu sekali lagi?
dan meletakkan kepala dalam dadamu?
supaya aku boleh merasakan aroma tubuhmu
terakhir kali, sebelum ada yang mengganti
Dan sebelum aku ingin bertemu denganmu,
biarkan aku sendiri dulu,
merelakan bahwa saat aku duduk berhadapan denganmu
ini akan jadi yang terakhir
ya! aku pernah mencintaimu..
dear matahari,
ya, matahari. ada suatu waktu, yang belum lama ini berlalu, aku merasakan gelitik hangat di dadaku bila aku berada di dekatmu. perasaan maha lembut yang sudah lama tak pernah aku rasakan. hatiku yang gersang tiba-tiba teduh dengan senyummu.
aku menikmati setiap potongan senja yang pernah kita lewati bersama. aku menikmati perasaan yang merongrong di saat-saat terakhir masa itu. menyesalkah aku pernah mencintamu, matahari? mungkin tak pernah..
aku belum pernah merasakan begitu diperhatikan, di saat kesendirian tengah meraja. perasaan begitu dibutuhkan, bahkan ketika aku sendiri merasa tak lagi membutuh raga ini. tapi kau di sana, jadi secercah harapan di tengah hari yang lelah..
matahariku, aku pernah membiarkan perasaan ini tumbuh perlahan, mengharap akan segera kita boleh berjumpa lagi, tapi aku kecewa, bahwa terlalu jauh jarak yang dibentangkan. tapi pada akhirnya aku sadari, bahwa semakin aku mendekat, mungkin nantinya aku akan semakin sakit hati. aku harus belajar melepasmu.
matahari, aku bukan dirinya yang membutuhkanmu hanya di saat-saat tertentu saja. bila aku sayang padamu, ini sebuah perasaan yang lahir dari hati atas nama ketulusan dan keikhlasan. aku takkan menuntut apa-apa untuk menjadi bagianmu. mungkin aku hanya kecewa, mengapakah aku harus ditempatkan di tempat yang sama, yang dulu kau bilang hanya untukku?
aku ingin bersama denganmu, sebatas aku dan kamu lalu ruang. lupakan soal lainnya. aku tak butuh pesawat untuk kita pergi ke negeri antah berantah. aku hanya ingin bicara denganmu dan berharap semuanya jadi baik-baik saja. aku ingin melengkapimu dengan sebait ketulusan.
aku tak pernah belajar memanfaatkan kau, yang begitu baik, aku ingin melimpahimu dengan setiap kebaikan yang mampu aku lakukan, tapi jangan rongrong aku dengan sikapmu yang penuh tanda tanya.
aku pernah mencintaimu dengan sangat ikhlas, bahkan ketika aku pergi, aku tak meminta apapun harus dikembalikan. aku bahagia, melihatmu bahagia. aku melepasmu seperti sebelumnya. kita adalah dua perahu, yang takkan pernah mengarungi samudera yang sama.
dear matahari, mungkin kau merasakannya. aku melangkah mengambil jarak diantara kita. aku hanya ingin membuatnya jadi terbiasa, setidaknya untukku. aku tahu kau akan baik-baik saja, dengan malaikat-malaikat yang akan menjagamu. suatu hari nanti, matahariku, kita tertawakan masa yang sudah lewat dulu. tapi benar memang, aku pernah mencintaimu, dengan cara yang paling sederhana dan tanpa mengharap apa-apa.
sebab ketika kita mencintai, perasaan tersebut akan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik untuk seseorang yang kita cintai. begitu juga aku kepadamu. aku ingin membagi denganmu. memberikan setiap waktuku menemanimu. doaku terkirim di malam-malam waktu kudengar kau terbaring sakit. dan aku tak pernah mengharap diperlakukan secara khusus. aku tak mencari materimu. aku mencintaimu dengan perasaan yang sangat sederhana. rasa ingin melindungi dan rasa ingin selalu membuatmu tersenyum. itu saja.
matahari, aku masih berdoa untukmu sekalipun kita sudah jauh sekali terpisah. aku tak pernah mencoba melupakanmu. aku selalu mengingat setiap kebaikan hatimu. bila aku mengambil jarak, pahamilah sebentar, aku butuh terbiasa...tanpamu..
Selasa, 02 Oktober 2012
dear kak tirta tersayang...
sebenarnya aku sendiri tidak ingat sejak kapan kami akhirnya dekat. aku lupa kapan pertama kali jaga bareng sama kak tirta, tapi ada satu hari yang aku nggak akan pernah lupa.
hari itu lima belas november dua ribu sebelas. hari ulang tahunku. hari ulang tahun yang aku rayakan di rumah sakit karena malam itu sampai besoknya aku bertugas jaga. saat itu aku sedang menjalani kepaniteraan klinik di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung.
seusai jam dua siang, seharusnya aku sudah boleh pulang, tapi karena menjelang jam pulang ada pasien epidural hematom dan harus pasang ETT, aku akhirnya belum bisa pulang. aku harus bagging pasien. yakk..lengkap kan rasanya di rumah sakit hari itu. ulang tahun dengan tiga puluh enam jam di rumah sakit. duhh...
sore itu, aku ikut mengantar pasien untuk CT Scan bersama ka tirta. aku bilang ke ka tirta di ruang radiologi itu, "kasih selamat dong buat aku, kak.."
ka tirta jawab, "selamat apa?"
"selamat ulang tahun. aku kan ulang tahun hari ini.."
sepertinya sejak hari itu akhirnya aku merasa punya kakak baru. jaga di IGD rasanya seru kalau ada kak tirta. mulai dari bisa makan-makan bareng, minum es krim bareng sampai kerja bareng. banyak diajarin juga waktu di IGD.
kadang kita memang tidak memerlukan terlalu banyak alasan untuk menjelaskan mengapa kita sayang pada seseorang. tidak perlu bertele-tele, tidak perlu berlebih-lebihan. sayang ya sayang saja. kalau pada dasarnya kita bisa klop sama-sama ya akan begitu seterusnya. sayang itu bukan cuma karena baik terus, kadang teguran, nasihat, itulah ungkapan sayang yang lebih nyata. seseorang yang benar sayang pada kita takkan membiarkan kita jalan di jalan yang salah. mereka akan berusaha mengingatkan sebelum kita salah langkah.
begitu juga yang aku temukan dalam satu tahun kenal ka tirta. seseorang yang hadir dalam suka maupun duka. yang jauh di seberang selat sunda namun doanya selalu terdengar sampai di hatiku. yang nasihatnya selalu mencambuk semangatku, yang cerita-ceritanya selalu membuat aku ingin segera kembali ke lampung.
sekarang, kalau di IGD aku bisa suntik iv sekali tusuk, bisa melakukannya dengan baik dan benar, semuanya itu yang pertama kali mengajarkan ka tirta. pertama itu tanganku gemetaran. nggak percaya diri, tapi sekarang, aku bisa melakukannya sendiri, dengan benar dan jarang sekali meleset. yang tersulit sekalipun pernah aku kerjakan. bekal ilmunya? dari kak tirta. hmm.. ini juga salah satu momen yang aku nggak pernah lupa. kata ka tirta, "pegang spuitnya yang mantap, jangan gemetaran, kalau sudah kena venanya, tahan ujung spuitnya supaya nggak bergerak lagi.." *ka tirta, aku nggak pernah lupain ilmunya loh :)
ka tirta juga yang ajarin aku dandan kalau mau ke rumah sakit. bukan dandan yang menor ala artis mau shooting, tapi dandan supaya terlihat lebih cerah dan segar aja. tadinya, aku jarang banget mau pakai bedak ke rumah sakit. malas aja. dari zaman kuliah memang nggak begitu suka pake make up. tapi akhirnya aku belajar untuk sekedar pakai pelembab, bedak, lipstik tipis dan pensil alis. simpel kan?
aku nggak punya kakak perempuan, mungkin karena itu jadi klop dengan ka tirta. teman kerja, teman ngobrol, teman curhat. benar-benar sudah aku anggap kakak sendiri. ternyata punya kakak perempuan itu menyenangkan ya.
nggak tahu kapan lagi bisa balik ke lampung, tapi ingin bisa secepatnya. rindu ingin banyak cerita, berbagi, ketawa-ketawa atau sekedar makan es krim bareng lagi...
kapan yaa...
CARDIO Quiz, ayo uji pengetahuan ttg JANTUNG!
begini, kemarin saya membaca twit seorang dokter yang sedang PTT di Nusa Tenggara Timur. isi timeline nya, tentang pertanyaan-pertanyaan seputar jantung. ia menyebutnya #CardioQuiz .
tiba-tiba saja saya mendapati diri saya sangat menikmati #CardioQuiz ini.. nah, saya coba untuk tuliskan pertanyaan-pertanyaannya ya. ayo teman-teman siapa yang bisa jawab dengan cepat dan tepat? kalau saya sih jujur saja dari seluruh pertanyaan yang ada, saya baru bisa jawab satu. benar-benar simpel pertanyaannya, tapi memutar otak, tapi kalau dipikir-pikir ini perlu diketahui untuk kita yang kelak bertugas jaga di IGD maupun dokter praktik umum... yuk coba dijawab
1. adanya gejala-gejala seperti takikardi, mual, keringat dingin tanpa disertai typical chest discomfort pada iskemik jantung disebut dengan?
2. penyakit yang gambaran EKG nya diffuse ST elevation disertai dengan depresi egmen PR adalah?
3. terapi kuratif untuk penyakit yang ditandai dengan EKG yang PR interval memendek + delta wave adalah?
4. tindakan awal yang bisa dilakukan pada pasien palpitasi dengan EKG takikardi supraventrikular reguler tanpa gelombang P dengan rate 150X adalah?
5. Obat-obatan dislipidemia yang paling baik untuk meningkatkan kadar HDL adalah?
6. golongan obat pencegah angina yang tidak hanya menurunkan O2 demand jantung tapi juga meningkatkan suplai O2 ke jantung adalah?
7. obat-obatan anti hipertensi yang mungkin dapat menyebabkan disfungsi seksual dan gangguan kontrol gula darah pada pasien DM adalah?
8. Obat anti angina yang tidak direkomendasikan sebagai obat prevensi adalah? sebutkan alasannya!
nah, cukup sampai di sini dulu #CardioQuiz nya. berani jawab?
kalau kami, waktu dapat pertanyaan ini, harus langsung jawab dan dikasih sebuah anjuran yang hanya Tuhan dan kami yang tahu yaitu "jangan buka buku, pokoknya harus memeras otak dan kemampuan yang dimiliki", tapi di sini, silahkan teman-teman buka buku lagi. nggak ada salahnya buka buku lagi walaupun stase interna sudah lewat. mudah-mudahan ini membantu kita semua.
*pertanyaan by dr Rizky
Langganan:
Postingan (Atom)